Selama ini orang beranggapan bahwa supernova yang memicu pembentukan
bintang. Jadi, gelombang kejut dari ledakan supernova diduga kuat memicu
keruntuhan materi di awan molekul yang kemudian membentuk matahari dan
planet-planetnya.
Untuk mengetahui dimana si supernova itu berada kita harus terlebih dahulu mengetahui dimana Matahari berada 4,6 milyar tahun yang lalu. Tapi saat ini para astronom justru melihat ada kemungkinan lain karena mereka tidak menemukan jejak supernova di sekitar Embedded Cluster (EC). Nah, Embedded Cluster atau EC adalah gugus bintang yang sebagian besar bintangnya diselimuti debu dan gas antar bintang.
Para astronom menemukan ada gugus bintang yang bisa runtuh sendiri tanpa diketahui pasti apa pemicunya. Bisa jadi keruntuhan disebabkan oleh interaksi di dalam gugus, tabrakan antar gugus atau bahkan tabrakan lengan spiral. Si gas awan molekular kemudian runtuh dan membentuk gugus kelahiran bintang. Di sini kemudian terbentuk banyak bintang dan ada diantaranya yang bermassa besar dengan usia beberapa juta tahun dan meledak.
Untuk Matahari, kita harus terlebih dahulu menelusuri kembali kira-kira dimana lokasi Matahari dilahirkan. Ini dikarenakan keberadaan Matahari yang kita tahu adalah keberadaannya saat ini. Tapi darimana ia berasal di masa lalu masih misteri. Seperti seorang pengelana yang coba mencari di mana tanah kelahirannya.
Bagaimana dengan Matahari? Saat ini usianya sudah 4,5 milyar tahun dan di dalam galaksi Bimasakti Matahari bergerak mengelilingi pusat galaksi. Kalau dihitung, sejak kelahirannya Matahari sudah mengelilingi pusat galaksi 20 – 30 kali. Dalam rentang waktu sedemikian lama apapun bisa terjadi pada sisa supernova tersebut. Jejak supernova akan mudah tersapu hilang akibat interaksi antar bintang dan interaksi materi antar bintang disekitarnya.
Tapi para astronom tetap mencari jejak Matahari ketika ia lahir. Seperti mencari jejak dimana seorang anak yang sudah mengebara puluhan tahun dulu dilahirkan. Para astronom menelusuri kembali posisi Matahari 4,6 milyar tahun lalu dengan menganggap galaksi statis. Dari situ diketahui lokasi Matahari 4,6 milyar tahun lalu. Tapi tidak semudah itu!
Dengan mengasumsikan galaksi statis permasalahan belum selesai. Permasalahan lain adalah lengan spiral ataupun gangguan molekular yang mengacak gerakan si Matahari. Akibatnya astronom jadi sulit mengetahui dimana posisi Matahari pada masa awal pembentukkannya.
Jika sudah ditemukan jejak Matahari 4,5 milyar tahun lalu dan ada gugus yang kalau ditelusuri kembali keberadaannya di masa lalu letaknya dekat dengan Matahari, maka yang harus dilakukan kemudian adalah menelusuri bintang-bintang “saudara Matahari” dalam radius 100 parsek. Ini disebut pencarian keluarga Matahari.
Mengapa harus mencari bintang keluarga Matahari?
Pada umumnya bintang itu lahir di dalam gugus bintang meskipun ada juga bintang yang lahir sendiri dan tidak di dalam gugus. Tapi kelahiran bintang yang lahir sendiri ini sangat sedikit. Karena itu asumsi utamanya, Matahari lahir di dalam gugus. Pertanyaannya sekarang, gugusnya ada dimana? Apakah si gugus masih ada ataukah sudah hancur.
Jika Matahari lahir di dalam gugus maka kemungkinan ada bintang-bintang lain yang juga lahir di dalam gugus yang sama. Karena itu dicari teman-teman Matahari yang lahir pada waktu bersamaan yang ditandai oleh komposisi kimia yang sama. Dengan demikian pencarian difokuskan pada bintang-bintang yang memiliki komposisi kimia yang sama. Usia bintang sulit dihitung dengan detil berbeda dengan Bumi yang bisa dihitung dengan detil.
Saat ini ada beberapa kandidat yang diduga merupakan saudara Matahari karena memiliki komposisi kimia yang mirip. Akan tapi masih harus diteliti lagi apakah bintang-bintang tersebut lahir pada saat bersamaan atau tidak.
Permasalahan berikutnya, jika lahir di dalam gugus maka ada kemungkinan gugus tempat kelahiran itu sudah hancur karena rata-rata kala hidup sebuah gugus hanya 100 juta tahun. Lebih dari 100 juta tahun sebagian besar gugus sudah terurai bahkan ada yang kurang dari 100 juta tahun pun sudah terurai sehingga sulit untuk dicari gugusnya.
Tapi meskipun gugusnya sudah tidak ada lagi, para astronom masih bisa menelusuri jejak masa lalu dari bintang-bintang yang komposisi kimianya mirip.
Ada beberapa dugaan bahwa nebula Matahari yang membentuk Tata Surya bukan berasal dari supernova melainkan dikotori oleh angin bintang dari bintang-bintang AGB (Asymptotic Giant Branch – bintang-bintang raksasa merah) di gugus. Tapi memang kemungkinan terkuat adalah keberadaan supernova dari bintang muda yang meledak atau si supernova dari bintang muda tadi hanya mengotori nebula Matahari yang saat itu sudah membentuk planet-planet.
Salah satu kandidat saudara kembar matahari adalah bintang di gugus M67 yang memiliki usia tak jauh dari Matahari. Tapi para astronom masih meragukan bahwa gugus M67 tersebut tempat lahirnya matahari, karena dari simulasi orbit, matahari dan gugus M67 tidak pernah berdekatan dalam jarak kurang dari 20 parsek.
Tapi dimanakah supernova atau si gugus kelahiran Matahari masih terus dicari dan belum diketahui keberadaannya karena tidak mudah menelusuri kembali jejak masa lalu Matahari.
Untuk mengetahui dimana si supernova itu berada kita harus terlebih dahulu mengetahui dimana Matahari berada 4,6 milyar tahun yang lalu. Tapi saat ini para astronom justru melihat ada kemungkinan lain karena mereka tidak menemukan jejak supernova di sekitar Embedded Cluster (EC). Nah, Embedded Cluster atau EC adalah gugus bintang yang sebagian besar bintangnya diselimuti debu dan gas antar bintang.
Para astronom menemukan ada gugus bintang yang bisa runtuh sendiri tanpa diketahui pasti apa pemicunya. Bisa jadi keruntuhan disebabkan oleh interaksi di dalam gugus, tabrakan antar gugus atau bahkan tabrakan lengan spiral. Si gas awan molekular kemudian runtuh dan membentuk gugus kelahiran bintang. Di sini kemudian terbentuk banyak bintang dan ada diantaranya yang bermassa besar dengan usia beberapa juta tahun dan meledak.
Untuk Matahari, kita harus terlebih dahulu menelusuri kembali kira-kira dimana lokasi Matahari dilahirkan. Ini dikarenakan keberadaan Matahari yang kita tahu adalah keberadaannya saat ini. Tapi darimana ia berasal di masa lalu masih misteri. Seperti seorang pengelana yang coba mencari di mana tanah kelahirannya.
Bagaimana dengan Matahari? Saat ini usianya sudah 4,5 milyar tahun dan di dalam galaksi Bimasakti Matahari bergerak mengelilingi pusat galaksi. Kalau dihitung, sejak kelahirannya Matahari sudah mengelilingi pusat galaksi 20 – 30 kali. Dalam rentang waktu sedemikian lama apapun bisa terjadi pada sisa supernova tersebut. Jejak supernova akan mudah tersapu hilang akibat interaksi antar bintang dan interaksi materi antar bintang disekitarnya.
Tapi para astronom tetap mencari jejak Matahari ketika ia lahir. Seperti mencari jejak dimana seorang anak yang sudah mengebara puluhan tahun dulu dilahirkan. Para astronom menelusuri kembali posisi Matahari 4,6 milyar tahun lalu dengan menganggap galaksi statis. Dari situ diketahui lokasi Matahari 4,6 milyar tahun lalu. Tapi tidak semudah itu!
Dengan mengasumsikan galaksi statis permasalahan belum selesai. Permasalahan lain adalah lengan spiral ataupun gangguan molekular yang mengacak gerakan si Matahari. Akibatnya astronom jadi sulit mengetahui dimana posisi Matahari pada masa awal pembentukkannya.
Jika sudah ditemukan jejak Matahari 4,5 milyar tahun lalu dan ada gugus yang kalau ditelusuri kembali keberadaannya di masa lalu letaknya dekat dengan Matahari, maka yang harus dilakukan kemudian adalah menelusuri bintang-bintang “saudara Matahari” dalam radius 100 parsek. Ini disebut pencarian keluarga Matahari.
Mengapa harus mencari bintang keluarga Matahari?
Pada umumnya bintang itu lahir di dalam gugus bintang meskipun ada juga bintang yang lahir sendiri dan tidak di dalam gugus. Tapi kelahiran bintang yang lahir sendiri ini sangat sedikit. Karena itu asumsi utamanya, Matahari lahir di dalam gugus. Pertanyaannya sekarang, gugusnya ada dimana? Apakah si gugus masih ada ataukah sudah hancur.
Jika Matahari lahir di dalam gugus maka kemungkinan ada bintang-bintang lain yang juga lahir di dalam gugus yang sama. Karena itu dicari teman-teman Matahari yang lahir pada waktu bersamaan yang ditandai oleh komposisi kimia yang sama. Dengan demikian pencarian difokuskan pada bintang-bintang yang memiliki komposisi kimia yang sama. Usia bintang sulit dihitung dengan detil berbeda dengan Bumi yang bisa dihitung dengan detil.
Saat ini ada beberapa kandidat yang diduga merupakan saudara Matahari karena memiliki komposisi kimia yang mirip. Akan tapi masih harus diteliti lagi apakah bintang-bintang tersebut lahir pada saat bersamaan atau tidak.
Permasalahan berikutnya, jika lahir di dalam gugus maka ada kemungkinan gugus tempat kelahiran itu sudah hancur karena rata-rata kala hidup sebuah gugus hanya 100 juta tahun. Lebih dari 100 juta tahun sebagian besar gugus sudah terurai bahkan ada yang kurang dari 100 juta tahun pun sudah terurai sehingga sulit untuk dicari gugusnya.
Tapi meskipun gugusnya sudah tidak ada lagi, para astronom masih bisa menelusuri jejak masa lalu dari bintang-bintang yang komposisi kimianya mirip.
Ada beberapa dugaan bahwa nebula Matahari yang membentuk Tata Surya bukan berasal dari supernova melainkan dikotori oleh angin bintang dari bintang-bintang AGB (Asymptotic Giant Branch – bintang-bintang raksasa merah) di gugus. Tapi memang kemungkinan terkuat adalah keberadaan supernova dari bintang muda yang meledak atau si supernova dari bintang muda tadi hanya mengotori nebula Matahari yang saat itu sudah membentuk planet-planet.
Salah satu kandidat saudara kembar matahari adalah bintang di gugus M67 yang memiliki usia tak jauh dari Matahari. Tapi para astronom masih meragukan bahwa gugus M67 tersebut tempat lahirnya matahari, karena dari simulasi orbit, matahari dan gugus M67 tidak pernah berdekatan dalam jarak kurang dari 20 parsek.
Tapi dimanakah supernova atau si gugus kelahiran Matahari masih terus dicari dan belum diketahui keberadaannya karena tidak mudah menelusuri kembali jejak masa lalu Matahari.